Jumat, 18 Mei 2012


BAKALAN SAPI FRISIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN YANG DIGEMUKKAN SEBAGAI SAPI POTONG


Permintaan sapi potong di Indonesia baik untuk ternak bibit maupun ternak potong dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara budidaya ternak sapi potong sebagian besar masih merupakan usaha sambilan dan merupakan cabang usaha yang dilaksanakan oleh peternakan rakyat yang masih perlu ditingkatkan pengetahuannya. Disisi lain pemerintah telah memprogramkan swasembada daging sapi tahun 2014, yang perlu mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya para peternak ruminansia. 

Dalam rangka mendukung swasembada daging tahun 2014 tersebut, maka Sapi perah FH jantan yang tidak memenuhi standar bibit sapi perah dapat dimanfaatkan sebagai sapi potong. Untuk menetapkan sapi perah FH jantan yang akan digemukkan menjadi sapi potong, maka kita harus mengetahui persyaratan bibit sapi perah FH jantan tersebut. Standar Nasional Indonesia (SNI) bibit sapi perah Indonesia telah diterbitkan, sebagai revisi dari SNI 01-27735-1992, Sapi perah bibit (lokal dan impor) yang dalam implementasinya memerlukan penyempurnaan. Standar ini telah melalui tahap jejak pendapat pada tanggal 23 Juli 2007 sampai dengan 23 Oktober 2007 dan langsung disetujui menjadi RASNI. Standar ini dirumuskan sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) sapi perah Indonesia. 
Dalam memilih bakalan sapi perah FH jantan yang akan digemukkan sebagai sapi potong, maka bakalan sapi perah FH jantan perlu kita perhatikan persyaratan mutunya baik kualitatif maupun kuantitatif. Bakalan sapi perah FH jantan yang memenuhi persyaratan mutu akan dipilih sebagai bibit sapi perah FH jantan, akan tetapi bakalan sapi perah jantan yang tidak memenuhi persyaratan mutu akan digemukkan sebagai sapi potong. 
Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah FH jantan.
Secara khusus, sapi perah FH jantan terdiri dari calon pejantan dan proven bull (pejantan unggul dari calon pejantan yang telah diseleksi). Parameter yang digunakan untuk menentukan persyaratan kuantitatif bibit sapi perah jantan terdiri dari umur minimum, tinggi pundak minimum, berat badan minimum, lingkar scrotum minimum, warna dan lain-lain. 
Persyaratan Calon pejantan: Umur minimum 18 bulan, tinggi pundak minimum 134 cm, berat badan minimum 480 kg, lingkar scrotum minimum 32 cm, warna hitam putih/merah putih, sesuai karakteristik sapi perah, mempunyai kartu identifikasi serta mempunyai silsilah. 
Persyaratan Proven bull: Umur minimum 60 bulan, tinggi pundak minimum 150 cm, berat badan minimum 700 kg, lingkar scrotum minimum 42 cm, warna hitam putih/merah putih sesuai karakteristik sapi perah, dan nilai pemuliaan (breeding value) untuk produksi susu lemak.



Cara Pengukuran:

Dengan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan yang dilakukan secara pengamatan langsung . Untuk mengetahui umur bibit sapi FH jantan dilakukan berdasarkan catatan kelahiran. Sedangkan untuk mengukur tinggi pundak yaitu melalui pengukuran jarak tegak lurus dari tanah sampai puncak pundak dibelakang punuk yang dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukjur yang sudah ditera sesuai standar. Adapun untuk mengukur berat badan dilakukan dengan cara menimbang hewan menggunakan alat timbang yang telah ditera sesuai standar, dinyatakan dalam kg. Apabila tidak tersedia alat timbang dapat dilakukan dengan cara mengukur lingkar dada dinyatakan dalam cm, menggunakan pita ukur yang dilengkapi dengan perkiraan berat badan, dinyatakan dalam kg. Selain pengukuran seperti tersebut di atas juga perlu mengukur lingkar scrotum yang dapat dilakukan dengan cara pengukuran melingkar pada bagian tengah testis yang diperkirakan memiliki keliling paling besar dinyatakan dalam cm, menggunakan alat ukur yang sudah ditera sesuai standar. Penempatan pita ukur pada obyek yang diukur sebaiknya tidak disertai penekanan. 
Dalam hal ini, sapi bakalan FH jantan yang tidak memenuhi kriteria persyaratan bibit sapi FH jantan seperti tersebut di atas, maka dapat digemukkan menjadi sapi potong. Sapi bakalan FH jantan yang akan digemukkan ini juga harus memenuhi persyaratan seperti bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, Brucellosis (keluron), Antrhrax (radang limpa, dan Blue tangue (lidah biru). Untuk selanjutnya, maka budidaya sapi FH jantan yang tidak memenuhi kriteria sebagai bibit sapi perah FH jantan harus mengikuti budidaya sapi potong.
Penulis: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya.
Sumber: 
1. Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong yang Baik (Good Farming Practice). Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat BudidayaTernak Rumiinansia, Jakarta, 2007.
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) 2735.2008. Bibit Sapi Perah indonesia, Badan Standarisasi Nasional 2008.
_______________________________________________________________________________

Dalam menentukan berat badan hewan ternak, bisa dengan cara di timbang langsung. Cara lain dalam menentukan berat badan sapi atau kambing bisa dihitung dengan rumus.
Menentukan berat badan sapi. Ini adalah rumus dari literatur untuk menghitung estimasi berat badan sapi.
Rumus dari Denmark.
BB (kg) = (lingkar dada(cm) + 18 )^2/100.
atau
BB = (Panjang badan x lingkar dada)/10840. Dimana ukuran dalam cm.

Menetukan Berat badan Domba / Kambing
BB (kg) = (lingkar dada + 22) kuadrat/100. Sebagai contoh lingkar dada seekor (40+22) kuadrat dibagi 100 sama dengan 38,44 kg. (Ukuran dalam cm)

Minggu, 06 Mei 2012

SIMMENTAL BULLS

SIMMENTAL BULLS
















Sapi  Simmental 
adalah sebutan bagi sapi Simmental  di Indonesia,. Sapi Simmental adalah salah satu jenis sapi tertua di dunia.  Menurut catatan yang di temukan di Canton-Swiss pada tahun 1806, pada jaman sebelum itu ada sejenis sapi berwarna belang-belang Merah dan putih, kemampuan tumbuhnya sangat tinggi, produksi susu nya baik, dan sangat tahan pada saat musim kering, seperti sapi Simmental.
Nama Simmental  sendiri diambil dari tempat dimana sapi ini berasal yaitu daerah Simme di Swiss, sedangkan “Thal”  atau “Tal” dalam bahasa Jerman (Swiss juga berbahasa Jerman) artinya adalah lembah. Sehingga Sapi Simmental mempunyai arti sebagai sapi yang berasal dari lembah Simme.
Sapi   Simmental  merupakan bangsa Bos Taurus, yang merupakan sapi tipe besar,kekar dan berotot. Pejantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg.  Ciri khas Sapi  Simmenta  adalah warna bulu coklat kemerahan (merah bata) pada bagian muka dan lutut kebawah dan ujung ekornya  berwarna putih.
Sapi  Simmenta disukai para peternak karena persentase karkas relatif tinggi dan mengandung sedikit lemak. Namun Sapi  Simmenta memiliki  volume rumen besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Tidak hanya di Swiss, Simmental juga terkenal di seluruh dunia. Karena keunggulannya, Sapi  Simmenta dengan cepat menyebar ke seluruh belahan dunia.  Sejarah penyebaran Sapi  Simmental ke luar Swiss adalah sebagai berikut :
  • Abad ke 19, ke Eropa Timur seperti Balkan, Rusia kemudian berlanjut  ke belahan dunia sebelah Timur.
  • Tahun1887, Sapi   Simmental  mencapai daratan Amerika, tepatnya di Illinois.
  • Tahun 1895, Sapi   Simmental  mencapai daratan Afrika Selatan dan New Jersey, Amerika Serikat.
  • Tahun 1897, Guatemala mulai  mengimport Sapi   Simmental  , ini adalah saat pertama Sapi  Simmenta   mencapai belahan dunia sebelah Selatan.
  • Tahun 1916 – 1920, di New York dan Mexico.
  • Tahun 1918, Sapi  Simmenta di ekspor ke Brazil.
  • Tahun 1922, ekspor perdana ke Argentina.
  • Walaupun telah berada  di daratan Amerika, keberadaan Sapi  Simmenta tidak menonjol dan tidak menarik perhatian para peternak Amerika. Baru pada tahun 1960, Sapi  Simmenta mulai dilirik oleh peternak Amerika karena keunggulannya.
  • Tahun 1967, Canada mulai mengimport  Sapi   Simmental 
  • Tahun 1970, , Inggris, Irlandia dan Norwegia mulai mengikuti jejak Negara lainnya.
  • Tahun 1972, barulah Australia mulai mengimpor  Sapi   Simmental  .
  • Tahun 1976, Sapi   Simmental  masuk ke Republik Rakyat Cina.
Untuk penyebaran di Indonesia, hingga saat ini belum didapatkan data otentik mengenai hal tersebut.
Ekspor Sapi   Simmental   ke berbagai belahan dunia bukannya  tidak bermasalah,  kebutuhan dalam negeri Swiss pernah terganggu akibat hal tersebut. Akhirnya pada awal tahun 1785, pemerintahan Swiss melarang eksport Sapi  Simmental .
Untuk menjalin komunikasi antar peternak Sapi  Simmental , pada tahun 1890 didirikan  sebuah asosiasi dengan nama “The Swiss Red and White Spotted Simmental Cattle Asociation”, yang nantinya menjadi asosiasi Sapi  Simmental tertua di dunia.

LIMOUSINE BULLS

                                                          LIMOUSINE BULLS












Sapi Limousine 
adalah salah satu tipe sapi pedaging yang hidup di wilayah beriklim dingin, yang berasal dari bangsa Bos turus. Asal Nama Limosin berasal dari nama daerah tempat pengembangan sapi ini yaitu daerah Marche-Limosin di Perancis, yang dimulai sekitar tahun 1886. Namun sejarah Sapi Limosin dipekirakan sama tuanya  dengan sejarah perkembangan Eropa sendiri. Hal ini tebukti karena ada kemiripan bentuk tubuh  antara sapi Limosin dengan sapi-sapi yang hidup 20.000 ribu tahun yang lalu,  seperti  yang tergambar pada dinding-dinding gua di Lascaux dekat Montignac, Perancis.
Ciri tubuh Sapi limosin adalah  bulu yang berwarna merah sampai coklat tua keemasan, kecuali di sekitar ambing yang berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata yang berwarna lebih muda. Bentuk tubuh sapi jenis ini umumnya besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan utama sapi Limousin adalah tingkat pertumbuhan badan yang sangat cepat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
* Memiliki massa otot yang lebih besar pada bobot yang lebih rendah
* Mempunyai volume rumen yang besar
* Voluntary intake (Kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) tinggi
* Metabolic rate yang cepat
Selain itu sapi Limosin mudah dipelihara serta cepat berkembang biak seperti halnya  sapi jenis lainnya. Daging sapi Limosin juga memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit (lean).  Di Indonesia sapi limosin disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi Brahman, sapi P.O. atau  sapi hereford

BRAHMAN BULLS

                                                          BRAHMAN BULLS 













Sapi Brahman 
adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Berasal dari India kemudia masuk ke Amerika pada tahun 1849 berkembang pesat di Amerika, Di AS, Sapi Brahmandikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.
Ciri-ciri Umum Sapi Brahman adalah:
  • Berpunuk besar
  • Berkulit longgar
  • Gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan
  • Telinga panjang menggantung dan berujung runcing
  • Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan
Adapun Keistimewaan sapi Brahman adalah tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
Sapi Brahman juga berkembang biak di Australia. Bahkan, para pembibit sapi di Australia melakukan persilangan sapi Brahman dengan bangsa sapi lainnya seperti Simmental, Herefod dan Limousin, hasilnya dikenal dengan nama sapi Brahman Cross, yang sejak tahun 1985 sudah masuk ke Indonesia melalui program bantuan Asian Development Bank (ADB). Sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Sapi Brahman Cross pada awalnya merupakan bangsa sapi Brahman Amerika yang diimpor Australia pada tahun 1933. Mulai dikembangkan di stasiun CSIRO’s Tropical Cattle Research Centre Rockhampton Australia, dengan materi dasar sapi Brahman, Hereford dan Shorthorn dengan proporsi darah berturut-turut 50%, 25% dan 25% (Turner, 1977), sehingga secara fisik bentuk fenotip dan keistimewaan sapi Brahman cross cenderung lebih mirip sapi Brahman Amerika karena proporsi darahnya lebih dominan.
Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Hasil pengamatan di Sulawesi Selatan menunjukkan persentase beranak 40,91%, Calf crops 42,54%, mortalitas pedet 5,93, mortalitas induk 2,92%, bobot sapih (8-9 bulan) 141,5 Kg (jantan) dan 138,3 Kg betina, pertambahan bobot badan sebelum disapih sebesar 0,38 Kg/ hari (Hardjosubroto, 1984)
Pada tahun 1975, sapi Brahman Cross didatangkan ke pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi Ongole di pulau Sumba. Importasi Sapi Brahman  dari Australia untuk UPT perbibitan (BPTU Sembawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan pencapaian swasembada daging sapi 2010.
1 Jarak beranak 531,1 hari
2 Berat Lahir 26,26 Kg
3 Berat Sapih 100,1 Kg
4 Berat Setahun 289,5 Kg
Sapi Brahman  tersedia ditempat kami. Kami menjualnya untuk berbagai usia jenis Sapi Brahman. Mengingat sapi ini sangat diminati oleh para peternak sapi di Indonesia, maka kami sangat ingin memberikan solusi bagi anda yang membutuhkan bakalan bibit sapi brahman yang berkualitas dan terbaik.

Sabtu, 05 Mei 2012

Ternak Sapi Potong

JENIS-JENIS SAPI POTONG



Sejatinya semua jenis ras sapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya, dan waktu tepat penjualannya. Untuk penambahan berat harian jenis sapi limosin mampu mencapai 1,3 – 2 Kg/hari. Namun, yang terpenting adalah penampakan fisik sapi terlihat bagus dan sehat. Berikut jenis-jenis sapi yang dapat diternakan sebagai penghasil daging.
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak perintis. Sapi ini paling banyak diminati oleh peternak Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu : efisien dalam memanfaatkan sumper pakan, persentase karkas tinggi, dagingnya rendah lemak, tingkat kesuburan cukup tinggi (bisa beranak setiap tahun), tipe pekerja yang baik, dan mudah berdaptasi terhadap lingkungan.
Ciri-ciri sapi bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki paling bawah hingga belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas di bagian atas punggung.
Kenaikan bobot badan sapi bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan harian sapi bali bisa lebih besar dari 0,7 Kg/hari. Adapun persentase karkas berkisar 56 – 57%. Perbandingan daging dengan tulangnya adalah 4.44 : 1 Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 375 – 400 Kg, sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 – 300 kg.

2. Sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO)

Sapi ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India yang mulai diternakan secara murni di pulau Sumba, sehingga dikenal dengan nama sapi “Sumba” ongole. Ciri-ciri sapi ongole antara lain berpunuk besar, memiliki lipatan kulit di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepala relatif pendek dengan posisi melengkung, mata besar menunjukkan ketenangan, serta bulunya berwarna putih.
Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi lokal Indonesia (sapi Jawa) menghasilkan sapi yang mirip dengan sapi ongole dan dikenal dengan nama  sapi PO (peranakan ongole). Sapi PO murni sudah sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi brahman. Ukuran tubuh sapi PO lebih kecil dibandingkan dengan sapi ongole. Punuk dan gelambir juga kelihatan lebih kecil atau sangat sedikit. Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan cepat bereproduksi.
Tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan berat badan mencapai 600 Kg. Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135 cm dan berat badan 450 Kg. Pertambahan bobot badan sapi ongole dapat mencapai 0,9 Kg per hari dengan kualitas karkas mencapai 45 – 58%. Rasio daging dengan tulangnya adalah 1 : 423, sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar umur 4 – 5 tahun. Untuk sapi PO, bobot badan rataan sekitar 200 – 350 kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 Kg per hari jika dipelihara dengan baik.
3. Sapi Brahman
 

Merupakan sapi keturunan zebu atau nellore (Bos Indicus) yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat dengan iklim tropis. Di negara tersebut, sapi brahman diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Sapi brahman mempunyai ciri berpunuk besar, kulitnya longgar, gelambir dari bawah leher sampai perut dengan banyak lipatan, telinga panjang menggantung dengan ujung runcing,  serta bulunya berwarna abu-abu (ada yang berwarna merah kecoklatan).
Sapi brahman termasuk tipe sapi potong terbaik di daerah tropis karena tahan terhadap panas, serta resisten terhadap demam texas, gigitan caplak, dan nyamuk. Sapi brahman juga tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan. Bobot maksimun sapi brahman jantan dewasa mencapai 800 Kg, sedangkan sapi betina 550 Kg. Presentase karkas yang dihasilkan sapi ini 48,6 – 54,2%. Dengan pemeliharaan yang intensif, pertambahan berat badan sapi jantan dan betina brahman dewasa mencapai 0,83 – 1,5 kg per hari.
4. Sapi Madura

Sapi madura sangat terkenal dengan sebutan sapi karapan. Sapi ini merupakan hasil persilangan antara sapi jenis Bos indicus (zebu) dengan sapi jenis Bos sundaicus. Pada tubuh sapi madura masih terdapat tanda-tanda sebagai warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Sapi madura merupakan tipe sapi penghasil daging dan tenaga kerja. Selain terdapat di Pulau Madura dan Jawa Timur, sapi ini juga menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Sapi madura merupakan tipe sapi potong yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan badan yang lebar, daging tebal, dan berkaki pendek. Selain itu, kualitas dagingnya lebih baik dan warnanya pun lebih menarik dibandingkan dengan daging sapi ongole dan sapi bali. Bobot sapi madura jantan 275 – 300 Kg dan sapi betina dewasa 180 – 250 Kg. Pertambahan bobot badan rata-rata mencapai 0,25 – 0,6 Kg per hari. Sementara itu, persentase karkas 48 – 63 % dan perbandingan daging dengan tulang 5,84 : 1
5. Sapi Limpo (Limousin PO)
 

Merupakan sapi bangsa Bos taurus yang dikembangkan pertama kali di Prancis. Sapi ini merupakan tipe sapi pedaging. Secara genetik, sapi limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, bertipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, mampu menambah konsumsi lebih tinggi di luar kebutuhan yang sebenarnya, serta memiliki metabolisme yang cepat sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Sapi limousin murni sulit ditemukan di Indonesia karena telah mengalami persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi limousin yang ada di Indonesia adalah limousin cross yang telah disilangkan dengan sapi lokal. Persilangan sapi limousin dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi limousin ongole (limpo). Sapi limpo memiliki ciri tidak berpunuk dan tidak bergelambir, serta warna bulunya hanya cokelat tua kehitaman dan cokelat muda.
6. Sapi Simmental

Adalah sapi yang berasal dari bangsa Bos taurus. Sapi ini berasal dari daerah Simme di Switzerland. Namun, sapi ini berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika. Sapi simmental merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Warna bulunya cokelat kemerahan (merah bata), di bagian wajah dan lutut ke bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi simmental jantan dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 1.150 Kg, sedangkan sapi betina dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 800 kg.
Sapi simmental murni sulit ditemukan di Indonesia karena simmental jantan yang diimpor telah sering mengalami persilangan dengan sapi betina lokal. Kebanyakan sapi simmental yang ada di Indonesia adalah simmental cross. Salah satunya persilangan sapi simmental  dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi simmental ongole (simpo). Sapi simpo tidak memiliki gelambir dan bulunya berwarna merah bata, merah tua atau cokelat muda hingga putih kekuningan dan doreng. Ciri khas sapi simpo adalah ada warna bulu putih berbentuk segitiga diantara kedua tanduknya.
7. Sapi Frisian Holstein (FH)

Sapi jeni ini biasa dipelihara dengan tujuan untukk diambil susunya. Sapi ini merupakan sapi introduksi dari negeri Belanda. Warna belang hitam dan putih dengan segitiga putih di bagian berpunuk. Pertambahan berat badan sapi ini cukup tinggi, yakni mencapai 1,1 Kg per hari. Karena itu, sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong.