Senin, 11 Juni 2012

PERMENTASI JERAMI ALA EM4



Di lahan pertanian, limbah pertanian berupa jerami selama ini menjadi “barang” buangan yang disingkirkan melalui dibakar. Limbah jerami menjadi halangan petani saat melakukan pengolahan tanah. Dengan teknologi EM4, limbah pertanian bisa digunakan pakan sapi yang memiliki kualitas gizi baik.
Potensi pengembangan ternak ruminansia di Bali utamanya ternak sapi sangat besar. Berdasarkan data dari dinas peternakan provinsi Bali, populasi ternak sapi bali 2010 mencapai 683800 ekor. Dari jumlah itu, 60573 ekor dikirim ke Jakarta (sapi antar pulau). Sisanya untuk menyuplai kebutuhan lokal Bali.
Dibalik besarnya potensi ternak sapi bali, para peternak dihadapkan pada ketersediaan pakan ternak sepanjang masa. Dipihak lain, lahan pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) kian terbatas seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian untuk perumahan.
Kebutuhan HMT harian bagi ternak ruminansia minimal 10% dari berat hidupnya. Seekor sapi berbobot 250 kg, memerlukan HMT minimal 25 kg/hari. Agar ternak bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik, jumlah HMT yang diberikan harus melebihi kebutuhan minimal tersebut.
Fakta lapangan menunjukkan, untuk bisa memenuhi kontinyuitas HMT sepanjang musim, seekor sapi Bali dengan bobot minimal 200 kg membutuhkan lahan HMT seluas 5 are. Artinya untuk memelihara 10 ekor sapi Bali, harus menyiapakan lahan HMT seluas 50 are. Untuk bisa menopang kebutuhan pakan sapi, lahan HMT harus dipupuk secara kontinyu dengan pupuk organik air.
Tentu saja tanpa menggunakan teknologi pakan yang baik, investasi awal yang diperlukan untuk memelihara ternak sapi sangatlah besar. Menjawab permasalahan ini peternak harus menerapakan sistem beternak insentif. Sistem beternak intensif salah satunya diperlakuan pemberian pakan. Pakan pilihan yang diberikan bisa dalam bentuk kosentrat sapi, limbah perkebunan, limbah pertanian dan limbah pasar (sisa sayur dan dedaunan).
Jerami adalah limbah pertanian yang umumnya dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan sapi tatkala musim paceklik (kemarau) datang. Umumnya, pemberian jerami tidaklah melalui proses fermentasi, sehingga nilai gizinya rendah. Serat kasar jerami sangatlah tinggi yaitu kisaran 30-45%.
º
JERAMI FERMENTASI
Melihat tingginya serat kasar jerami dan rendahnya protein kasar (3 – 4 %) maka sebagai pakan sapi, jerami perlu dilakukan fermentasi. Dari hasil Proximate Analysis, di laboratorium Nutrisi ternak , fakultas peternakan UNUD, jerami yang difermentasi dengan EM4 terjadi peningkatan protein kasar. Protein kasar jerami dari 3,50 % naik menjadi 7,05355, serat kasarnya dari 35,0 % turun menjadi 25,5949. kesimpulannya, setelah difermentasi terjadi peningkatan protein kasar sebesar 4,05355 % dan penurunan serat kasar sebesar 4,405075 %.
Untuk membuat jerami fermentasi (untuk 1 ton jerami) alat-alat yang dibutuhkan itu, cangkul bergigi, ember/tong kapasitas 50 liter, gayung terpal, plastik ukuran 6 x 5 meter dan sprayer. Sedang bahan-bahannya dedak padi halus 20 kg, EM 4 ternak 2 liter, molasses (tetes tebu) 2 liter dan air sumur.
Cara membuat lakukan inokulum bakteri dengan cara mencampur EM4 2 liter + moluse 5 liter ke dalam air sumur sejumlah 50 liter. Lalu tutup dan diamkan campuran tersebut selama 24 jam campuran tersebut siap digunakan ditandai dengan timbulnya jamur putih pada bagian atas permukaan air. Tebarkan jerami ditempat teduh dan kering setinggi 10 cm, sedikit demi sedikit, taburkan dedak secara merata pada permukaan jerami.
Semprotkan larutan EM4 secara merata higga kadar air dalam jerami mencapai 30 %. Bila telah merata, tebarkan kembali jerami sesuai dengan petunjuk poit 4 hingga mencapai tinggi 1 meter. Bila tinggi tumpukan mencapai 1 meter, tutup rapat-rapat jerami dengan terpal. Lakukan pemantauan suhu fermentasi (suhu gundukan maksimum 50º  c)
Bila suhunya lebih 50º C, maka terpal dibuka dan diamkan selama 30 menit. Bila suhu terlalu panas maka tumpukan sebaiknya dibongakar. Dalam waktu 7-10 hari jerami telah mengalami proses fermentasi yang ditandai dengan tumbuhnya jamur putih dipermukaan jerami. Bongkar dan angin-anginkan gundukan jerami sebelum disimpan ditempat teduh dan kering. Berikan jerami yang telah diangin-anginkan pada ternak sapi sekitar 8-12kg/hari.
Pemberian jerami fermentasi bukanlah pakan utama melainkan hanya pakan sampingan yang jumlahnya 45-50 % dari total pemberian pakan harian. Dilapangan, pakan jerami fermentasi dikombinasikan dengan rumput segar dan dedak gandum / padi, dihasil pertumbuhan berat hidup sapi rata-rata 0,4 – 0,45 kg / ekor / hari. Selain jenis pakan, peningkatan berat hidup sapi juga dipengaruhi oleh potensi genetik. (I Ketut Darmawan, S.Pt)

RINCIAN BIAYA PRODUKSI JERAMI PADI
V:Volume; S: satuan
No  Uraian                              V        S                  Harga (Rp)                    Jumlah  (Rp)  
1     Pembelian Jerami          100      Kg                           100,-                    100.000,-
2     Tenaga & Transport         1     Paket                  150.000,-                     150.000,- 
3     Dedak                              20      Kg                        2.000,-                  450.000,-
4     Molases                            2      liter                       5.000,-                    10.000,-
5     EM4                                 2      liter                      17.500,-                    35.000,-
                                                                                                               335.000,- 

Jumlah biaya diatas berdasrkan harga dipulau bali. Jadi biaya produksi pembuatan jerami fermentasi untuk 1 ton adalah Rp. 335.000,- atau Rp. 335 / kg.
Sumber// http://www.em4indonesia.com/testimoni/jerami-fermentasi-pakan-sapi-alternatif.html

Sabtu, 09 Juni 2012

PEMANFAATAN JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK POTENSIAL

PEMANFAATAN JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK POTENSIAL





Oleh:  Sasongko WR dan Farida Sukmawati M  

Pendahuluan

Ternak bagi sebagian petani, merupakan komponen usahatani yang tidak kalah pentingnya dengan usaha utamanya seperti padi, tembakau, palawija dan sebagainya.  Walaupun ternak hanya berfungsi sebagai usaha sampingan dan tabungan tetapi kehidupan ternak menjadi perhatian sepanjang hari.  Sebagai mahluk hidup ternak membutuhkan makanan dan minum yang harus disediakan sepanjang hari.
Namun ketersediaan pakan sepanjang tahun yang sangat tergantung pada musim menyebabkan hijauan pakan melimpah pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau sangat kurang.  Disamping itu sumber-sumber pakan itu sendiri sudah mulai berkurang disebabkan pergeseran pengunaan lahan.  Semula lahan penggembalaan cukup luas, kemudian beralih fungsinya menjadi lahan pertanian, selanjutnya sebagian menjadi lokasi bangunan perumahan, gudang dan lainnya.  Kondisi demikian juga menyebabkan sumber pakan terbatas.  Alternatif jalan keluarnya adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian.

Limbah Pertanian

Khususnya untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing atau domba, terdapat beberapa jenis limbah pertanian dapat diberikan secara langsung atau diproses fermentasi terlebih dahulu sebelum diberikan. Limbah  pertanian seperti jerami baik itu jerami kacang, jerami padi atau jerami jagung menjadi alternatif penting sebagai penyedia pakan terutama untuk mengatasi kekurangan hijauan pada musim kemarau.  Walaupun masih banyak peternak yang belum memanfaatkan limbah pertanian tersebut, salah satu penyebabnya adalah pengetahuan yang lebih jelas.  Jika peternak tetap bertahan pada rumput alam, rumput gajah, tanaman legum pohon yang diberikan dalam bentuk segar, maka yang terjadi adalah ternak tidak mendapatkan pakan yang cukup sehingga dapat berakibat pada penurunan produksi.  Ternak dapat kehilangan berat badan, atau kemampuan reproduksinya menurun pada saat kekurangan pakan.

Pengertian Jerami

Yang dimaksud jerami adalah bagian batang tumbuhan yang setelah dipanen bulir-bulir buahnya baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan sisa batang yang disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.  Jerami  padi dihasilkan 1-2 kali di daerah kering, dan sebagian petani masih membiarkannya tertumpuk pada lahan sawah sampai datangnya musim tanam kembali.
Jerami padi melimpah selama musim hujan, namun langka pada musim kemarau. Jumlahnya  cukup besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, potensinya sebagai salah satu sumber makanan ternak memang memiliki nulai nutrisi yang relatif rendah.

Daya Cerna Jerami

Jika dibandingkan dengan rumput maka daya cerna jerami padi lebih lambat.  Yang dimaksud daya cerna adalah lamanya makanan berada dalam saluran pencernaan sejak mulai masuk dari mulut sampai keluar melalui anus.  Untuk jerami padi waktu cerna dapat mencapai 5-12 hari, sedangkan rumput hanya 2-3 hari saja.  Semakin cepat waktu cernanya maka ternak makin mudah lapar lagi dan akan mengkonsumsi makanan lebih banyak.  Sebaliknya makin lambat proses pencernaan maka hewan juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk lapar kembali sehingga menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.  Ditambah lagi nilai nutrisi jerami yang relatif rendah menyebabkan nutrisi yang masuk ke tubuh ternak jga sedikit dan ternak menjadi kekurangan nutrisi.
Penghambat daya cerna pada jerami adalah kandungan lignin, silika dan kutin yang relatif tinggi karena jerami adalah tanaman yang sudah tua dan telah melewati fase generatif (sudah berbuah).  Namun potensi jerami sebagai sumber energi cukup baik.  Pengolahan dan Pengawetan jerami merupakan upaya untuk dapat meningkatkan daya cerna dan mempertahanakan kualitas selama mungkin selama penyimpanan.  Jerami bisa disimpan dan diawetkan dengan cara pengeringan (haylage) dan silage.

Pengolahan Jerami

Pengolahan yang dimaksud di sini adalah daya upaya untuk meningkatkan daya cerna jerami sesuai dengan kualitas rielnya.  Efektifitas cerna mikroorganisme ditingkatkan agar dapat menghancurkan lignin, silika dan kutin, di samping itu masih dapat meningkatkan kandungan protein.
Kandungan zat-zat makanan pada jerami padi
Uraian   Kandungan (%)
Bahan kering (BK)
Protein kasar (% BK)
Serat kasar    (% BK)
Lemak           (% BK)          47,95
4,04
31,62
0,53


Pengawetan Jerami

Jerami bisa disimpan dalam keadaan segar dan kering.  Pada prinsipnya dalam upaya menyimpan jerami agar tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan, perlu diusahakan agar tidak terjadi perkembangan jamur dan bakteri yaitu dengan menambahkan urea.

Peyimpanan segar :
Bahan-dan alat :
             Jerami segar seberat 500 kg
             Urea 7,5 kg
             Terpal  2 buah
             Sabit/Parang
             Tali plastik

Cara mengawetkan :

             Jerami padi segar setelah dipanen, dikumpulkan kemudian dikat padat atau dipres
             Bagian ujung jerami yang tidak rata dipotong dan dirapikan pada saat jerami dipres (ditekan atau dipadatkan).
             Terpal plastik dibentangkan di atas tanah karena nantinya jerami akan dibungkus dengan terpal tersebut.  Kemudian jerami diletakan secara berlapis-lapis, setiap lapisan ditaburi urea secara merata.
             Jika telah cukup, maka terpal plastik digunakan sebagai pembungkusnya dan diupayakan agar padat dan rapat agar udara tidak masuk.
             Terpal diikat kencang agar udara tidak masuk kedalam bungkusan jerami.
             Jerami dapat disimpan selama 30-90 hari.  Sebelum diberikan pada ternak, pembungkus jerami (terpalnya) dibuka dulu dan biarkan jerami diangin-anginkan.  Setelah itu siap diberikan pada ternak.

Amoniasi Jerami

Amoniasi jerami padi merupakan pengolahan jerami dengan menggunakan urea untuk meningkatkan manfaat jerami.  Cara ini merupakan teknik mengolah jerami dengan biaya murah, mudah dilakukan, aman bagi peternak maupun bagi ternak dan memberikan keuntungan meningkatkan kadar N (nitrogen).  Dengan mencampurkan urea dan air pada jerami padi maka akan terjadi proses hidrolisa, selanjutnya dengan enzim urease, urea akan terurai menjadi ammonia dan CO2.

Bahan yang diperlukan.

             Jerami padi (basah atau kering),
             Urea
             Air

Alat-alat :

             Lembaran plastik
             Timbangan
             Ember plastik
             Sabit/parang
             Tempat menimbun jerami

Cara membuat

             Timbang jerami sesuai yang dibutuhkan, kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm
             Selanjutnya urea ditimbang sebanyak 6% dari bobot jerami yang digunakan.  Jika jerami yang diolah sebanyak 50 kg maka urea yang dibutuhkan adalah 6% x 50 kg = 3 kg.
             Sediakan air bersih sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan, maka air yang dibutuhkan adalah 50 liter. Dari jumlah tersebut 30% digunakan untuk melarutkan urea.
             Jerami dapat ditempatkan dalam lubang di tanah atau dengan drum ukuran :  dalamnya 1 m; lebar 75 cm atau disesuaikan dengan jumlah jerami yang akan diolah.
             Jerami dimasukkan ke dalam lubang atau drum secara berlapis-lapis setebal 10-20 cm. Setiap lapisan disemprotkan dengan larutan urea + air secara merata.
             Susunan jerami makin ke atas makin kecil (berbentuk kerucut).  Jika pembuatan jerami dalam lubang sebaiknya setiap lapisan dipadatkan dengan diinjak-injak.
             Untuk dapat mempercepat proses pemecahan lignin (lapisan sel pada jerami)  maka gunakan daun Gamal (Glirisidia maculata) untuk meningkatkan kadar protein serta mempercepat proses amoniasi.
             Setelah itu jerami ditutup dengan plastik secara rapat. Setelah 1 bulan jerami dapat diberikan pada ternak.

Jerami Fermentasi

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya, memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (bau amonia yang menyengat). Cara yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya : starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain).
Bahan.
             Jerami                                  : 1 ton
             Urea                                    : 6 kg
             Starbio atau bahan sejenis       : 6 kg
             Air  secukupnya

Tempat pembuatannya harus ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.

Cara Pembuatan :

             Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari  untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%,    dengan tanda-tanda jerami kita remas, air tidak menetes tetapi tangan kita basah.
             Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 cm (boleh diinjak-injak)
             Kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami.
             Seperti  cara di atas sehingga mencapai ketinggian + 1,5 m.
             Tumpukan jerami dibiarkan selama 27 hari (tidak perlu dibolak-balik).
             Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.
             Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibuka dan disimpan dalam gudang.
             Tahan disimpan selama ± 1 tahun.

Catatan :

Dalam membuat jerarni fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni. Selain jerami, bahan lain yang bisa difermentasi untuk makanan ternak antara lain : alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH4 ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam proses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.

Pustaka :
BIP. 1983.  Petunjuk Pengawetan Hijauan Makanan Ternak.  Balai Informasi Pertanian NTB. Departemen Pertanian.
BIP. 1986.  Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pakan Ternak.  Departemen Pertanian. Ciawi.
Komar, A., 1984.  Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak.  Yayasan Dian Grahita Indonesia.
Reksohadiprodjo, S. 1988.  Pakan Ternak Gembala.  BPFE Yogyakarta.


BETERNAK DENGAN EM-4


EM-4 Peternakan





Produk EM-4 Peternakan merupakan kultur EM dalam medium cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan produksi ternak dengan cirri-ciri berbau asam manis. EM-4 Peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan ternak akan meningkat, tidak mudah stress dan bau kotoran akan berkurang. Pemberian EM-4 Peternakan pada pakan dan minum ternak akan meningkatkan nafsu makan karena aroma asam manis yang ditimbulkan. EM-4 peternakan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman bagi ternak.



Manfaat EM-4 Peternakan
  • Menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam perut ternak.
  • Memperbaiki dan Meningkatkan kesehatan ternak.
  • Meningkatkan mutu daging ternak.
  • Mengurangi tingkat kematian bibit ternak.
  • Memperbaiki kesuburan ternak.
  • Mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak
  • Mengurangi stress pada ternak
  • Mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak an kotoran ternak.





Aplikasi EM Pada Peternakan
---------------------------------

Beberapa Cara Aplikasi EM-4 Peternakan antara lain :

1.Air Minum

Campuran EM dengan konsentrasi ½ - 1% dalam air minum ternak, diberikan setiap hari. Hindari penggunaan antibiotika melalui minum agar EM tidak mati. Bersihkan bak air minum dan tempat minum ternak setiap hari. Pathogen dalam saluran pencernaan dan ada pada tempat minum akan tertekan, ternak menjadi lebih sehat.

2.Pakan

Semprotkan EM pada pakan yang segera akan diberikan, EM akan meresap dalam pakan dan masuk kesaluran pencernaan makanan bersama makanan.

3.Sanitasi Kandang

Semprot kandang, kotoran termasuk hewan ternak piaraan. Untuk menanggulangi bau busuk, menekan berbagai pathogen yang ada pada bulu dan kulit ternak, bulu atau kulit ternak akan lebih cerah dan bersih

4.Jamu Ternak

EM dapat dipergunakan untuk membuat jamu ternak. Pada ternak ayam dan bebek jamu dapat diberikan setiap hari dengan konsesntrasi 1 %, bila telah menggunakan jamu ternak pemberian EM pada air minum tidak diperlukan lagi, peternak ayam dan bebek membuat jamu sendiri dengan ramuan tradisional yang terdiri dari jahe, kencur, kunir, laos, bawang putih dan daun sirih. Bahan-bahan ini dirajang halus direndam/fermentasi dengan EM dan molase. Setelah seminggu jamu sudah siap dipakai. Bila diperhatikan dengan jamu ternak dari EM, kuning telur lebih tebal, bau amis berkurang sehingga sangat baik digunakan untuk telur asin. Orang - orang yang biasanya alergi telur, dengan telur EM tidak alergi lagi.

5.Silase

Sapi, kerbau kambing telah biasa diberikan silase larutan pada musim kemarau saat rumput juga sulit didapat. Em dapat digunakan sebagai probiotik pembuatan silase, rumput kering, jerami, pohon jagung kering dan lain-lain dapat diolah menjadi pakan ternak dengan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu, potongan rumput kering ini ditaruh dalam bak drum atau tempat lain, ditaburi dedak halus dan disiram dengan EM sampai lembab dan dipadatkan. Pembuatan silase dilakukan secara berlapis lapis, dengan cara seperti diatas. Adonan ini kemudian ditutup rapat agar suasananya anaerob, setelah 5 hari adonan sudah berbau tape dan siap diberikan pada ternak. Karena proses fermentasi, kandungan gizi silase lebih tinggi dari asalnya dan dapat disimpan lebih lama untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat musim kemarau.

6.Pakan daur ulang

Pakan daur ulang dapat dilakukan pada peternakan ayam petelur, cara ini sangat membantu peternak pada saat harga telur menurun dan harga pakan naik. Pembuatanya cukup sederhana. Kotoran ayam dijemur kering, digiling dan dicampur dengan dedak, disiram dengan EM dan molase lalu difermentasikan dalam keadaan anaerob. Fermentasi hanya diperlukan 24 jam dan pakan daur ulang ini dicampur dengan konsentrat lagi pada saat pemberian. Biaya dapat ditekan sampai dengan 28 % dengan kesehatan dan produktifitas seperti semula.




Minggu, 03 Juni 2012

TERNAK DOMBA

TERNAK DOMBA














Berikut ini adalah serba-serbi budidaya ternak domba dimulai dengan sejarah singkat ternak domba, sentra  budidaya ternak domba, jenis-jenis ternak domba, manfaat ternak domba, persyaratan lokasi budidaya ternak domba,  pedoman teknis budidaya ternak domba, hama dan penyakit ternak domba dan lain-lain.
1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
1.   Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2.   Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3.   Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4.   Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1.   Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.   Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
1.   Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
2.   Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
3.   Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
4.   Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
5.   Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
2.   Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
1.   Pemilihan Bibit dan Calon Induk
1.   Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
nafsu kawin besar dan ekor normal.
2.   Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
2.   Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
1.   Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
2.   Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3.   Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
1.   Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
2.   Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
3.   Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
4.   Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
5.   Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
3.   Pemeliharaan
1.   Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2.   Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3.   Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
1.   Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari pagi.
2.   Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
3.   Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4.   Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
1.   Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
2.   Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
3.   Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
4.   Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
5.   Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
6.   Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
7.   Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
8.   Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
9.   Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:
10.  Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
11.  Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
12.  Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
13.  Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
14.  Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
15.  Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
16.  Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
17.  Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
18.  Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
19.  Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
20.  Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
21.  Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
22.  Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
23.  Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
24.  Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
25.  Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
26.  Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
27.  Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
28.  Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
29.  Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
30.  Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
5.   Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6.   Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1.   Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2.   Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3.   Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4.   Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5.   Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
6.   Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7.   Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8.   Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9.   Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
10.  Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11.  Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12.  Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
1.   Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2.   Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3.   Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4.   Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5.   Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6.   Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7.   Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8.   Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
1.   Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
2.   Hasil Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
3.   Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
1.   Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1.   Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2.   Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3.   Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4.   Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
2.   Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
3.   Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
domba.
4.   Pemotongan Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas
harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1.   Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1.   Biaya produksi
1.   Lahan
§  Sewa tanah 700 m 2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
2.   Bibit
§  Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
3.   Bangunan dan peralatan
§  Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
§  Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
§  Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-
§  Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
§  Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
§  Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
§  Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
§  Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
§  Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
§  Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-
§  Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
§  Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
§  Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
§  Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
§  Peralatan
§  Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-
§  Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
§  Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-
§  Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
§  Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
4.   Pakan
§  Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
§  Konsentrat Rp. 2.450.000,-
§  Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
§  Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
§  Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
§  Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
§  Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
§  Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
§  Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
5.   Tenaga kerja
§  Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
§  Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
§  Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-
6.   Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
2.   Pendapatan
1.   Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
2.   Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,- : Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
3.   Keuntungan usaha : (II – I) Rp. 2.898.290,-
3.   Parameter kelayakan usaha
Total Pendapatan
a. B/C Ratio = …….. . = 1,08
Total biaya produksi
2.   Gambaran Peluang Agribisnis : …
11. DAFTAR PUSTAKA
1.   Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2.   Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
3.   Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
4.   Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
5.   Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.
12. KONTAK HUBUNGAN
1.   Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2.   Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA
1.   KELUARAN
Pola produksi tepat sasaran
2.   PEDOMAN TEKNIS
1.   Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anak disesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang dikejar adalah satu ekor per bulan dapat dijual.
2.   Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untuk menghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan dengan induk berikutnya tidak bunting.
3.   Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuk tujuan penggemukan atau bibit.
4.   pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahan disamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)
3.   SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
4.   KONTAK HUBUNGAN
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian – Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia