TERNAK DOMBA
Berikut ini adalah serba-serbi
budidaya ternak domba dimulai dengan sejarah singkat ternak domba, sentra
budidaya ternak domba, jenis-jenis ternak domba, manfaat ternak domba,
persyaratan lokasi budidaya ternak domba, pedoman teknis budidaya ternak
domba, hama dan penyakit ternak domba dan lain-lain.
1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil
dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu
Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali
(Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari
Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah
Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor
domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan.
Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit
Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari
kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang
digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi,
tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang
tersebar diseluruh dunia, seperti:
1.
Domba
Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2.
Domba
Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3.
Domba
Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti
Madura, Sulawesi dan Lombok.
4.
Domba
Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan
domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba
ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak
hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi.
Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai
industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di
areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat
dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan
sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan
pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1.
Penyiapan
Sarana dan Peralatan
1.
Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua
dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang
harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak
kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya
serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
1.
Kandang
induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang
1 x 1 m.
2.
Kandang
induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan.
Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas
0,75 x 1 m.
3.
Kandang
pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x
1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung
makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang
dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2
tipe, yaitu:
4.
Tipe
kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran.
Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran
dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang
telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk
peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang
diberikan tidak tercecer keluar.
5.
Tipe
kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman.
Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan
kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung
makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil
kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
2.
Penyiapan
Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama
penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan
tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian
keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan
induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
1.
Pemilihan
Bibit dan Calon Induk
1.
Calon
Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil
hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
nafsu kawin besar dan ekor normal.
2.
Calon
Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan
keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada
kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat
bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat
pertumbuhan relatif cepat.
2.
Reproduksi
dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi
adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
1.
Dewasa
Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan
siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur
6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
2.
Dewasa
tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini
dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan
akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3.
Proses
Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak
domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas
kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan
adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang
akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai
berikut:
1.
Keadaan
perut menurun dan pinggul mengendur.
2.
Buah
susu membesar dan puting susu terisi penuh.
3.
Alat
kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
4.
Ternak
selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
5.
Sering
kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah
ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
3.
Pemeliharaan
1.
Sanitasi
dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan
dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum
dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di
sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2.
Pengontrolan
Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang
sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang
sehat.
3.
Perawatan
Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan
dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan
makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain
itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan,
dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu
diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
1.
Memandikan
ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni.
pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari pagi.
2.
Mencukur
Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan
sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba
dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat
kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari
bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
3.
Merawat
dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau
rantan, pisau kuku atau gunting.
4.
Pemberian
Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia
dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan
sebagai berikut:
1.
Golongan
Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan
rumput alam.
2.
Golongan
Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun
kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
3.
Hasil
Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang
sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
4.
Golongan
Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur,
bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji
kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas
yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut
adalah:
5.
Ternak
dewasa: rumput 75%, daun 25%
6.
Induk
bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
7.
Induk
menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
8.
Anak
sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
9.
Anak
lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah
sebagai berikut:
10.
Bobot
badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
11.
Bobot
badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
12.
Bobot
badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
13.
Bobot
badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
14.
Bobot
badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
15.
Bobot
badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
16.
Bobot
badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
17.
Bobot
badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
18.
Bobot
badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
19.
Bobot
badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
20.
Bobot
badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
21.
Bobot
badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
22.
Bobot
badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
23.
Bobot
badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
24.
Bobot
badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
25.
Bobot
badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
26.
Bobot
badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
27.
Bobot
badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
28.
Bobot
badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
29.
Bobot
badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
30.
Bobot
badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
5.
Pemberian
Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat
dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai
dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya
diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis
vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE
(Septichaemia Epizootica).
6.
Pemeliharaan
Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu
sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau
alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1.
Penyakit
Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan.
Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2.
Penyakit
Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh
bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces
necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala:
terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan
kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan
larutan rivanol (Desinfektan).
3.
Penyakit
Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang
tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga
dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine,
Sulfamerozine, atau pinicillin.
4.
Penyakit
Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang
diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul
kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat
diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
5.
Penyakit
Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya
cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis..
Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang
bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan
hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G,
dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
6.
Penyakit
Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang
diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua
usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian:
membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium
Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan
formalin atau Natrium karbonat 4%.
7.
Penyakit
Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang,
dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat
terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan
menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur.
Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
8.
Penyakit
perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih
diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan
kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan
jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang
diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai
gas keluar.
9.
Penyakit
Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata).
Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat
juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh
domba.
10.
Penyakit
Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat
dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi
nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes
ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah,
kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang
muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan
mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos
0,05-0,1%.
11.
Penyakit
Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba.
Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba.
Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat
genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian:
menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12.
Penyakit
Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu
yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak
secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas,
terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk
berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang
terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
1.
Menjaga
kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2.
Mengontrol
anak domba (cempe) sesering mungkin.
3.
Memberikan
nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4.
Memberikan
makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya
dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5.
Menghindari
pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan
sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6.
Sanitasi
yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
7.
Tatalaksana
kandang diatur dengan baik.
8.
Melakukan
vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
1.
Hasil
Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
2.
Hasil
Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan
sebagai bahan tekstil.
3.
Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan
menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
1.
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar
diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1.
Ternak
domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2.
Ternak
domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari
daging.
3.
Pemotongan
ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak
diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4.
Semua
proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis
mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
2.
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan
pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari
daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan
alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan
terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari
adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
3.
Pengeluaran
Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan
jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
domba.
4.
Pemotongan
Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas
tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha
depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi
komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas
harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama
kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran
mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1.
Analisis
Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah
sebagai berikut:
1.
Biaya
produksi
1.
Lahan
§ Sewa tanah 700 m 2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
2.
Bibit
§ Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
3.
Bangunan
dan peralatan
§ Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
§ Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
§ Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp.
704.000,-
§ Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
§ Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
§ Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
§ Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
§ Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
§ Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
§ Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp.
108.000,-
§ Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
§ Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
§ Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
§ Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
§ Peralatan
§ Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp.
250.000,-
§ Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
§ Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp.
7.500,-
§ Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
§ Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
4.
Pakan
§ Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
§ Konsentrat Rp. 2.450.000,-
§ Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
§ Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
§ Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
§ Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp.
512.820,-
§ Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
§ Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
§ Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
5.
Tenaga
kerja
§ Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
§ Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
§ Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp.
884.000,-
6.
Biaya
tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
2.
Pendapatan
1.
Nilai
penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
2.
Nilai
penjualan pupuk kandang Rp 250.000,- : Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
3.
Keuntungan
usaha : (II – I) Rp. 2.898.290,-
3.
Parameter
kelayakan usaha
Total Pendapatan
a. B/C Ratio = …….. . = 1,08
Total biaya produksi
2.
Gambaran
Peluang Agribisnis : …
11. DAFTAR PUSTAKA
1.
Bambang
agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2.
Bambang
Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
3.
Bambang
Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
4.
Joko
santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas
Peternakan UNSOED. Purwokerto.
5.
Warta
pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.
12. KONTAK HUBUNGAN
1.
Proyek
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7
Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2.
Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:
http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan,
Bappenas
PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA
1.
KELUARAN
Pola produksi tepat sasaran
2.
PEDOMAN
TEKNIS
1.
Pengaturan
perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anak disesuaikan dengan
target penjualan. Minimal target yang dikejar adalah satu ekor per bulan dapat
dijual.
2.
Pejantan
dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untuk menghasilkan anak satu
setiap bulan. domba induk disatukan dengan pejantan selama 2 bulan dan diganti
setiap 2 bulan dengan induk berikutnya tidak bunting.
3.
Lama
pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuk tujuan
penggemukan atau bibit.
4.
pakan
untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahan disamping pakan
dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)
3.
SUMBER
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
4.
KONTAK
HUBUNGAN
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian – Jalan Harsono RM
No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia