Sabtu, 09 Juni 2012

PEMANFAATAN JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK POTENSIAL

PEMANFAATAN JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK POTENSIAL





Oleh:  Sasongko WR dan Farida Sukmawati M  

Pendahuluan

Ternak bagi sebagian petani, merupakan komponen usahatani yang tidak kalah pentingnya dengan usaha utamanya seperti padi, tembakau, palawija dan sebagainya.  Walaupun ternak hanya berfungsi sebagai usaha sampingan dan tabungan tetapi kehidupan ternak menjadi perhatian sepanjang hari.  Sebagai mahluk hidup ternak membutuhkan makanan dan minum yang harus disediakan sepanjang hari.
Namun ketersediaan pakan sepanjang tahun yang sangat tergantung pada musim menyebabkan hijauan pakan melimpah pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau sangat kurang.  Disamping itu sumber-sumber pakan itu sendiri sudah mulai berkurang disebabkan pergeseran pengunaan lahan.  Semula lahan penggembalaan cukup luas, kemudian beralih fungsinya menjadi lahan pertanian, selanjutnya sebagian menjadi lokasi bangunan perumahan, gudang dan lainnya.  Kondisi demikian juga menyebabkan sumber pakan terbatas.  Alternatif jalan keluarnya adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian.

Limbah Pertanian

Khususnya untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing atau domba, terdapat beberapa jenis limbah pertanian dapat diberikan secara langsung atau diproses fermentasi terlebih dahulu sebelum diberikan. Limbah  pertanian seperti jerami baik itu jerami kacang, jerami padi atau jerami jagung menjadi alternatif penting sebagai penyedia pakan terutama untuk mengatasi kekurangan hijauan pada musim kemarau.  Walaupun masih banyak peternak yang belum memanfaatkan limbah pertanian tersebut, salah satu penyebabnya adalah pengetahuan yang lebih jelas.  Jika peternak tetap bertahan pada rumput alam, rumput gajah, tanaman legum pohon yang diberikan dalam bentuk segar, maka yang terjadi adalah ternak tidak mendapatkan pakan yang cukup sehingga dapat berakibat pada penurunan produksi.  Ternak dapat kehilangan berat badan, atau kemampuan reproduksinya menurun pada saat kekurangan pakan.

Pengertian Jerami

Yang dimaksud jerami adalah bagian batang tumbuhan yang setelah dipanen bulir-bulir buahnya baik bersama tangkainya atau tidak dikurangi dengan akar dan sisa batang yang disabit dan masih tegak dipermukaan tanah. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai l2- 15 ton per hektar satu kali panen, atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.  Jerami  padi dihasilkan 1-2 kali di daerah kering, dan sebagian petani masih membiarkannya tertumpuk pada lahan sawah sampai datangnya musim tanam kembali.
Jerami padi melimpah selama musim hujan, namun langka pada musim kemarau. Jumlahnya  cukup besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, potensinya sebagai salah satu sumber makanan ternak memang memiliki nulai nutrisi yang relatif rendah.

Daya Cerna Jerami

Jika dibandingkan dengan rumput maka daya cerna jerami padi lebih lambat.  Yang dimaksud daya cerna adalah lamanya makanan berada dalam saluran pencernaan sejak mulai masuk dari mulut sampai keluar melalui anus.  Untuk jerami padi waktu cerna dapat mencapai 5-12 hari, sedangkan rumput hanya 2-3 hari saja.  Semakin cepat waktu cernanya maka ternak makin mudah lapar lagi dan akan mengkonsumsi makanan lebih banyak.  Sebaliknya makin lambat proses pencernaan maka hewan juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk lapar kembali sehingga menyebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit.  Ditambah lagi nilai nutrisi jerami yang relatif rendah menyebabkan nutrisi yang masuk ke tubuh ternak jga sedikit dan ternak menjadi kekurangan nutrisi.
Penghambat daya cerna pada jerami adalah kandungan lignin, silika dan kutin yang relatif tinggi karena jerami adalah tanaman yang sudah tua dan telah melewati fase generatif (sudah berbuah).  Namun potensi jerami sebagai sumber energi cukup baik.  Pengolahan dan Pengawetan jerami merupakan upaya untuk dapat meningkatkan daya cerna dan mempertahanakan kualitas selama mungkin selama penyimpanan.  Jerami bisa disimpan dan diawetkan dengan cara pengeringan (haylage) dan silage.

Pengolahan Jerami

Pengolahan yang dimaksud di sini adalah daya upaya untuk meningkatkan daya cerna jerami sesuai dengan kualitas rielnya.  Efektifitas cerna mikroorganisme ditingkatkan agar dapat menghancurkan lignin, silika dan kutin, di samping itu masih dapat meningkatkan kandungan protein.
Kandungan zat-zat makanan pada jerami padi
Uraian   Kandungan (%)
Bahan kering (BK)
Protein kasar (% BK)
Serat kasar    (% BK)
Lemak           (% BK)          47,95
4,04
31,62
0,53


Pengawetan Jerami

Jerami bisa disimpan dalam keadaan segar dan kering.  Pada prinsipnya dalam upaya menyimpan jerami agar tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan, perlu diusahakan agar tidak terjadi perkembangan jamur dan bakteri yaitu dengan menambahkan urea.

Peyimpanan segar :
Bahan-dan alat :
             Jerami segar seberat 500 kg
             Urea 7,5 kg
             Terpal  2 buah
             Sabit/Parang
             Tali plastik

Cara mengawetkan :

             Jerami padi segar setelah dipanen, dikumpulkan kemudian dikat padat atau dipres
             Bagian ujung jerami yang tidak rata dipotong dan dirapikan pada saat jerami dipres (ditekan atau dipadatkan).
             Terpal plastik dibentangkan di atas tanah karena nantinya jerami akan dibungkus dengan terpal tersebut.  Kemudian jerami diletakan secara berlapis-lapis, setiap lapisan ditaburi urea secara merata.
             Jika telah cukup, maka terpal plastik digunakan sebagai pembungkusnya dan diupayakan agar padat dan rapat agar udara tidak masuk.
             Terpal diikat kencang agar udara tidak masuk kedalam bungkusan jerami.
             Jerami dapat disimpan selama 30-90 hari.  Sebelum diberikan pada ternak, pembungkus jerami (terpalnya) dibuka dulu dan biarkan jerami diangin-anginkan.  Setelah itu siap diberikan pada ternak.

Amoniasi Jerami

Amoniasi jerami padi merupakan pengolahan jerami dengan menggunakan urea untuk meningkatkan manfaat jerami.  Cara ini merupakan teknik mengolah jerami dengan biaya murah, mudah dilakukan, aman bagi peternak maupun bagi ternak dan memberikan keuntungan meningkatkan kadar N (nitrogen).  Dengan mencampurkan urea dan air pada jerami padi maka akan terjadi proses hidrolisa, selanjutnya dengan enzim urease, urea akan terurai menjadi ammonia dan CO2.

Bahan yang diperlukan.

             Jerami padi (basah atau kering),
             Urea
             Air

Alat-alat :

             Lembaran plastik
             Timbangan
             Ember plastik
             Sabit/parang
             Tempat menimbun jerami

Cara membuat

             Timbang jerami sesuai yang dibutuhkan, kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm
             Selanjutnya urea ditimbang sebanyak 6% dari bobot jerami yang digunakan.  Jika jerami yang diolah sebanyak 50 kg maka urea yang dibutuhkan adalah 6% x 50 kg = 3 kg.
             Sediakan air bersih sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan, maka air yang dibutuhkan adalah 50 liter. Dari jumlah tersebut 30% digunakan untuk melarutkan urea.
             Jerami dapat ditempatkan dalam lubang di tanah atau dengan drum ukuran :  dalamnya 1 m; lebar 75 cm atau disesuaikan dengan jumlah jerami yang akan diolah.
             Jerami dimasukkan ke dalam lubang atau drum secara berlapis-lapis setebal 10-20 cm. Setiap lapisan disemprotkan dengan larutan urea + air secara merata.
             Susunan jerami makin ke atas makin kecil (berbentuk kerucut).  Jika pembuatan jerami dalam lubang sebaiknya setiap lapisan dipadatkan dengan diinjak-injak.
             Untuk dapat mempercepat proses pemecahan lignin (lapisan sel pada jerami)  maka gunakan daun Gamal (Glirisidia maculata) untuk meningkatkan kadar protein serta mempercepat proses amoniasi.
             Setelah itu jerami ditutup dengan plastik secara rapat. Setelah 1 bulan jerami dapat diberikan pada ternak.

Jerami Fermentasi

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi, baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis. Tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisik misalnya, memerlukan investasi yang mahal; secara kimiawi meninggalkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan dengan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (bau amonia yang menyengat). Cara yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya : starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain).
Bahan.
             Jerami                                  : 1 ton
             Urea                                    : 6 kg
             Starbio atau bahan sejenis       : 6 kg
             Air  secukupnya

Tempat pembuatannya harus ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.

Cara Pembuatan :

             Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari  untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%,    dengan tanda-tanda jerami kita remas, air tidak menetes tetapi tangan kita basah.
             Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 cm (boleh diinjak-injak)
             Kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami.
             Seperti  cara di atas sehingga mencapai ketinggian + 1,5 m.
             Tumpukan jerami dibiarkan selama 27 hari (tidak perlu dibolak-balik).
             Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.
             Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibuka dan disimpan dalam gudang.
             Tahan disimpan selama ± 1 tahun.

Catatan :

Dalam membuat jerarni fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni. Selain jerami, bahan lain yang bisa difermentasi untuk makanan ternak antara lain : alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH4 ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam proses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi.

Pustaka :
BIP. 1983.  Petunjuk Pengawetan Hijauan Makanan Ternak.  Balai Informasi Pertanian NTB. Departemen Pertanian.
BIP. 1986.  Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pakan Ternak.  Departemen Pertanian. Ciawi.
Komar, A., 1984.  Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak.  Yayasan Dian Grahita Indonesia.
Reksohadiprodjo, S. 1988.  Pakan Ternak Gembala.  BPFE Yogyakarta.


1 komentar:

  1. mf pak pemanfaatan urea itu beresiko tidak terhadap ternak kambing nya soaly takut malah jadi racun

    BalasHapus