Sabtu, 05 Mei 2012

Ternak Sapi Potong

JENIS-JENIS SAPI POTONG



Sejatinya semua jenis ras sapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya, dan waktu tepat penjualannya. Untuk penambahan berat harian jenis sapi limosin mampu mencapai 1,3 – 2 Kg/hari. Namun, yang terpenting adalah penampakan fisik sapi terlihat bagus dan sehat. Berikut jenis-jenis sapi yang dapat diternakan sebagai penghasil daging.
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak perintis. Sapi ini paling banyak diminati oleh peternak Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu : efisien dalam memanfaatkan sumper pakan, persentase karkas tinggi, dagingnya rendah lemak, tingkat kesuburan cukup tinggi (bisa beranak setiap tahun), tipe pekerja yang baik, dan mudah berdaptasi terhadap lingkungan.
Ciri-ciri sapi bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki paling bawah hingga belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas di bagian atas punggung.
Kenaikan bobot badan sapi bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan harian sapi bali bisa lebih besar dari 0,7 Kg/hari. Adapun persentase karkas berkisar 56 – 57%. Perbandingan daging dengan tulangnya adalah 4.44 : 1 Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 375 – 400 Kg, sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 – 300 kg.

2. Sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO)

Sapi ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India yang mulai diternakan secara murni di pulau Sumba, sehingga dikenal dengan nama sapi “Sumba” ongole. Ciri-ciri sapi ongole antara lain berpunuk besar, memiliki lipatan kulit di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepala relatif pendek dengan posisi melengkung, mata besar menunjukkan ketenangan, serta bulunya berwarna putih.
Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi lokal Indonesia (sapi Jawa) menghasilkan sapi yang mirip dengan sapi ongole dan dikenal dengan nama  sapi PO (peranakan ongole). Sapi PO murni sudah sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi brahman. Ukuran tubuh sapi PO lebih kecil dibandingkan dengan sapi ongole. Punuk dan gelambir juga kelihatan lebih kecil atau sangat sedikit. Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan cepat bereproduksi.
Tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan berat badan mencapai 600 Kg. Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135 cm dan berat badan 450 Kg. Pertambahan bobot badan sapi ongole dapat mencapai 0,9 Kg per hari dengan kualitas karkas mencapai 45 – 58%. Rasio daging dengan tulangnya adalah 1 : 423, sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar umur 4 – 5 tahun. Untuk sapi PO, bobot badan rataan sekitar 200 – 350 kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 Kg per hari jika dipelihara dengan baik.
3. Sapi Brahman
 

Merupakan sapi keturunan zebu atau nellore (Bos Indicus) yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat dengan iklim tropis. Di negara tersebut, sapi brahman diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Sapi brahman mempunyai ciri berpunuk besar, kulitnya longgar, gelambir dari bawah leher sampai perut dengan banyak lipatan, telinga panjang menggantung dengan ujung runcing,  serta bulunya berwarna abu-abu (ada yang berwarna merah kecoklatan).
Sapi brahman termasuk tipe sapi potong terbaik di daerah tropis karena tahan terhadap panas, serta resisten terhadap demam texas, gigitan caplak, dan nyamuk. Sapi brahman juga tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan. Bobot maksimun sapi brahman jantan dewasa mencapai 800 Kg, sedangkan sapi betina 550 Kg. Presentase karkas yang dihasilkan sapi ini 48,6 – 54,2%. Dengan pemeliharaan yang intensif, pertambahan berat badan sapi jantan dan betina brahman dewasa mencapai 0,83 – 1,5 kg per hari.
4. Sapi Madura

Sapi madura sangat terkenal dengan sebutan sapi karapan. Sapi ini merupakan hasil persilangan antara sapi jenis Bos indicus (zebu) dengan sapi jenis Bos sundaicus. Pada tubuh sapi madura masih terdapat tanda-tanda sebagai warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Sapi madura merupakan tipe sapi penghasil daging dan tenaga kerja. Selain terdapat di Pulau Madura dan Jawa Timur, sapi ini juga menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Sapi madura merupakan tipe sapi potong yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan badan yang lebar, daging tebal, dan berkaki pendek. Selain itu, kualitas dagingnya lebih baik dan warnanya pun lebih menarik dibandingkan dengan daging sapi ongole dan sapi bali. Bobot sapi madura jantan 275 – 300 Kg dan sapi betina dewasa 180 – 250 Kg. Pertambahan bobot badan rata-rata mencapai 0,25 – 0,6 Kg per hari. Sementara itu, persentase karkas 48 – 63 % dan perbandingan daging dengan tulang 5,84 : 1
5. Sapi Limpo (Limousin PO)
 

Merupakan sapi bangsa Bos taurus yang dikembangkan pertama kali di Prancis. Sapi ini merupakan tipe sapi pedaging. Secara genetik, sapi limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, bertipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, mampu menambah konsumsi lebih tinggi di luar kebutuhan yang sebenarnya, serta memiliki metabolisme yang cepat sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Sapi limousin murni sulit ditemukan di Indonesia karena telah mengalami persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi limousin yang ada di Indonesia adalah limousin cross yang telah disilangkan dengan sapi lokal. Persilangan sapi limousin dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi limousin ongole (limpo). Sapi limpo memiliki ciri tidak berpunuk dan tidak bergelambir, serta warna bulunya hanya cokelat tua kehitaman dan cokelat muda.
6. Sapi Simmental

Adalah sapi yang berasal dari bangsa Bos taurus. Sapi ini berasal dari daerah Simme di Switzerland. Namun, sapi ini berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika. Sapi simmental merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Warna bulunya cokelat kemerahan (merah bata), di bagian wajah dan lutut ke bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi simmental jantan dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 1.150 Kg, sedangkan sapi betina dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 800 kg.
Sapi simmental murni sulit ditemukan di Indonesia karena simmental jantan yang diimpor telah sering mengalami persilangan dengan sapi betina lokal. Kebanyakan sapi simmental yang ada di Indonesia adalah simmental cross. Salah satunya persilangan sapi simmental  dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi simmental ongole (simpo). Sapi simpo tidak memiliki gelambir dan bulunya berwarna merah bata, merah tua atau cokelat muda hingga putih kekuningan dan doreng. Ciri khas sapi simpo adalah ada warna bulu putih berbentuk segitiga diantara kedua tanduknya.
7. Sapi Frisian Holstein (FH)

Sapi jeni ini biasa dipelihara dengan tujuan untukk diambil susunya. Sapi ini merupakan sapi introduksi dari negeri Belanda. Warna belang hitam dan putih dengan segitiga putih di bagian berpunuk. Pertambahan berat badan sapi ini cukup tinggi, yakni mencapai 1,1 Kg per hari. Karena itu, sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar